Guru Tidak Cukup Hanya Mengajar

Written By admin on Sunday, November 25, 2012 | 6:57 AM

KOMPAS/ FERGANATA INDRA RIATMOKO Menghormati Jasa Pendidik - Pelajar mengikuti upacara bendera untuk memeringati HUT Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di SD Sinduadi 1, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (25/11). HUT PGRI atau dikenal dengan sebutan Hari Guru diperingati setiap tahunnya untuk menghormati jasa para pendidik dalam mencerdaskan para anak bangsa.
JAKARTA, KOMPAS.com - Pendidikan sebagai suatu yang penting dalam pembentukan karakter bangsa. Namun tanpa didukung dengan perangkat yang mumpuni, hal ini sulit terwujud. Salah satu perangkat penting untuk mewujudkan tugas pendidikan dalam membangun karakter bangsa ini ada di tangan guru.
Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistiyo, mengatakan bahwa peran guru saat ini hanya diprioritaskan untuk mengajar saja. Padahal guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam tiap jenjang pendidikan.
"Tapi sayangnya, sekarang yang dihargai hanya dalam angka kredit maupun kepentingan kepegawaian hanya mengajar saja. Tatap muka minimal 24 jam dan maksimal 40 jam per minggu," kata Sulistiyo di Jakarta, Jumat (23/11/2012).
Akibatnya, tugas lain yang juga diemban oleh para guru ini kurang mendapat perhatian bahkan terkadang tidak terlaksana secara optimal.
Pasalnya, para guru ini sibuk memenuhi durasi tatap muka dengan peserta didiknya sehingga terkadang lolos mengamati perkembangan anak didiknya karena peran mengevaluasi tadi kurang berjalan.
Tidak hanya itu, adanya Ujian Nasional (UN) juga makin menguatkan bahwa tugas utama hanya mengajar saja. Berbagai pendalaman materi disediakan untuk siswa-siswa pada tingkat akhir untuk memantapkan lagi mata pelajaran yang akan diujikan.
Namun semuanya hanya sekadar pengajaran, tidak ada konsultasi atau bimbingan bagi anak-anak didik yang mengalami kesulitan belajar.
"Ini yang menyebabkan pendidikan susah untuk membangun karakter bangsa karena guru sebagai kunci keberhasilan pendidikan belum didorong dan dihargai untuk melakukan keseluruhan tugasnya dengan baik," ujar Sulistiyo. "Jadi jika mutu pendidikan dianggap belum baik, ini persoalan kolektif akibat dari sistem dan kebijakan yang tidak tepat," tandasnya.

6:57 AM | 1 comments | Read More